Rabu, 29 Oktober 2014

Japenese Fun 2014

JAPANESE FUN 2014 : GAIKOKU JIN MO NIHON NO KOTO GA DAISUKI

Untuk siapapun yang ingin belajar dan menyukai kebudayaan Jepang!

Datanglah ke Japanese Fun dimana keinginan kalian akan terpuaskan di suatu event seru.

Bakal ada native speaker (asli dari Jepang) yang siap menuturkan bagaimana kebudayaan-kebudayaan unik di Jepang

Bagi yang suka memasak dan ingin belajar memasak masakan Jepang, jangan khawatir, ada cooking class membuat miso soup dan dango yang pastinya seru dan menyenangkan.

Atau bagi yang ingin mengikuti exchange program ke Jepang, bakal ada sharing student exchange program SUIJI yang pengalamannya pasti sangat berharga

Bagi penggemar anime atau cosplay, bersiaplah! Akan ada cosplay performance, interview, dan workshop dengan Albatross Force !!!

Fasilitas yang akan kalian dapatkan :
- Photobooth (menggunakan yukata)
- Souvenir lucu
- Fortune Cookies
- Snack
- Sertifikat
- dan masih banyak lainnya!

Japanese Fun akan dihelat pada Sabtu, 8 November 2014 di ruang 105 Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gadjah Mada pukul 07.00-13.00

Harga tiket
Presale : IDR 20k
On the spot : IDR 30k

Pendaftaran (presale) :
Tempat pendaftaran di sekretariat ASC (Agritech Study Club) FTP UGM, Kamis-Jumat, 30-31 Oktober 2014 dan Senin-Jumat, 3-7 November 2014, pukul 13.00-16.00

CP:
- AST : 081392484825
- Tonny : 08989013896

More info:
www.facebook.com/JapaneseFun2014

Kamis, 17 Juli 2014

Belantara Reklame Kota Yogyakarta

Mungkin inilah salah satu upaya Indonesia mengkonservasi hutan belantara, dengan cara mengkonversinnya menjadi belantara reklame. Hampir seluruh kota-kota besar di Indonesia pun tak luput dari proyek ini, termasuk Yogyakarta, kota yang konon disebut sebagai kota ramah lingkungan. Ramah lingkungan? Ya, Patung Adipura membuktikannya. Oh, tapi tunggu dulu, belantara reklame membantahnya.

Setiap hari, kami sebagai warga kota Yogyakarta yang baik harus suka rela menyaksikan berjuta reklame di pinggir maupun melintangi jalan. Kesemrawutan penempatan reklame menjadi menu penutup sarapan di setiap pagi. Maka tak jarang, demi menjaga kewarasan, saya memvariasi rute pulang pergi kuliah reguler dengan rute yang sedikit frekuensi reklamenya.

Keberadaan reklame yang berlebih ini, sebenarnya juga berbahaya bagi keselematan pengguna jalan. Selain dapat meningkatkan risiko kecelakaan karena menurunnya konsentrasi pengendara, probabilitas korban berjatuhan karena cerita reklame rubuh akan meningkat. Namun, ada positifnya juga, hal ini dapat meningkatkan kesadaran pengendara akan penggunaan helm SNI yang baik dan benar. Tapi, helm pun tak akan kuat menahan hantaman reklame rubuh. Sepertinya... tak ada bedanya. :|

Penempatan reklame pada gedung-gedung bernilai historis juga menurunkan nilai-nilai kebudayaan kota Yogyakarta. Hal ini juga dapat mengurangi frekuensi turis yang berkunjung. Niatnya datang ke Jogja untuk melihat keindahan arsitektur kolonial Belanda, justru disuguhi pemandangan iklan makanan cepat saji atau bahkan sinetron 'Ganteng-Ganteng Serigala'nya salah satu TV swasta. Wajar jika turis berpikir dua kali datang kembali ke Jogja.

Akhir-akhir ini, kompetisi produk antar perusahaan semakin sengit. Contohnya, yang paling ketat, persaingan antar provider telekomunikasi dan rokok. Persaingan mereka muncul dipermukaan tidak hanya dalam media dalam ruangan seperti televisi atau koran, tapi juga dalam bentuk reklame-reklame besar di pinggir jalan. Karena hal iniliah, keberadaan reklame menjadi sangat eksis dan dibutuhkan oleh berbagai perusahaan.

Pemkot Yogyakarta tak luput mendapat berkah dari eksistensi reklame ini. Pajak reklame memberi andil cukup besar dalam Pendapatan Asli Daerah kota Yogyakarta. Pada tahun 2009 saja, pemkot Yogyakarta mendapat pemasukan pajak reklame sebesar 5 miliar rupiah. Pendapatan ini terus meningkat setiap tahunnya. Betapa menggiurkan.

Terlepas dari semua itu, segala bentuk kesemrawutan reklame harus dihilangkan. Mungkin tak semua warga Jogja acuh dengan isu ini, akan tetapi sebagian juga concern dan menginginkan Jogja lebih baik dengan penataan reklame yang prima. Atau mungkin, bolehkah kita bermimpi melihat wajah kota Yogyakarta baru tanpa reklame satu pun? Bolehkah kita bermimpi melihat Jogja seperti melihat Sao Paolo? Baca http://www.memobee.com/sao-paulo-kota-besar-tanpa-satu-pun-papan-iklan-1702-sms.html . Sepertinya untuk 1 tahun ke depan akan sangat sulit direalisasikan.

Pernahkah kalian menonton Shingeki no Kyojin (Attack on Titan) ? Aku tertarik dengan salah satu quote nya yang diungkapkan oleh Armin Arlert , "Orang yang tidak bisa mengorbankan sesuatu, tidak akan mengubah apapun". Sama dengan masalah reklame, kalau pemkot tidak segera berkorban mengurangi pendapatan dari pajak reklame dengan mengurangi dan menatanya, maka aku tak ragu kota Yogyakarta akan benar-benar menjadi belantara reklame. Toh jika reklame ditata turis yang datang ke Jogja juga akan semakin banyak. Jadi, kami sebagai warga kota Yogyakarta dan sekitarnya berharap melihat pengorbananmu, Pemkot Yogyakarta.

Rabu, 16 Juli 2014

China atau Jerman? Kuharap Keduanya, Kontraktor

Beberapa hari ini aku sedang membaca 'How to Master Your Habits'nya Felix Y. Siaw. Seperti buku-buku motivasi lainnya, bacaan ini berhasil membuka mataku terhadap sesuatu, dalam hal ini habits atau kebiasaan. Aku sangat terkejut ketika Felix Y. Siaw mengemukakan bahwa bulan Ramadhan adalah bulan pembiasaan, dengan kata lain, tiga puluh hari minimal diperlukan untuk membentuk kebiasaan. Benakku pun melayang, mencari pembuktian teori ini. Tak lama kemudian aku menahan tawaku seraya berkata dalam hati 'Oh iya!'

--------------------------------------------------------------------------------------------

Alkisah, di awal bulan Juni tahun 2014, aku bertanya-tanya mengapa jalan depan Masjid Kampus UGM macet, tidak seperti biasanya yang seakan tanpa hambatan. Tak beberapa lama kemudian, aku pun tahu penyebabnya. Sepertinya ada penggalian saluran drainase yang menyita satu ruas jalan arah Utara-Selatan, sehingga pengguna lajur Selatan-Utara harus rela berbagi tempat dengan pengguna lajur arah sebaliknya.
Masalah baru pun muncul, karena keadaan luar biasa ini, pengguna lajur Selatan-Utara mau tidak mau harus melewati tepian sisi kiri yang DULUNYA jarang dilewat. Lho, kenapa jarang dilewati? Sepertinya kalian harus melihatnya sendiri. Jalan tepian kiri ini sangat amblas karena piringan tutup drainase, sehingga bagi motor yang melewati tepat diatasnya mempunyai probabilitas shok rusak yang cukup besar dan dapat merontokkan mood pengemudinya. Ya, semua orang berusaha menghindarinya. Semua orang tak terkecuali aku,
Sekarang, pertengahan Juli tahun 2014, semua orang yang telah bertekad menghindarinya sepertinya berhasil melakukannya. Frekuensi orang sial terkena ranjau tutup piringan drainase berkurang drastis semenjak Juni 2014. Mengapa ini bisa terjadi? Tepat seperti yang Felix Y. Siaw kemukakan! Ini mengenai 30 hari pembiasaan. Kebiasaan menghindari tutup drainase selama lebih dari 30 hari.

---------------------------------------------------------------------------------------------

Tapi yang menjadi sorotan pada post ini bukanlah tentang pembiasaan atau Felix Y. Siaw, tapi tentang sang kontraktor. Aku memang bukan seorang mahasiswa teknik. Aku juga tidak mengerti apapun tentang masalah konstruksi atau pembangunan segala sesuatu.  Tapi menurutku kontraktor Indonesia itu kalau membangun apa-apa rasanya terlalu lama, lambat sekali. Entah itu memang seharusnya begitu, atau seharusnya bisa lebih cepat.
Yang jelas, kalau aku dengar dari teman atau baca dari mana saja, sepertinya kontraktor di negeri luar, khususnya China, sangat bekerja sangat cepat dalam pembangunan. Contoh konkritnya... coba baca ini http://www.ilmusipil.com/china-bangun-gedung-30-lantai-dalam-waktu-15-hari , dan bandingkan dengan contoh di atas. Bayangkan! China membangun gedung 30 lantai dalam 15 hari,  sedangkan Indonesia membangun saluran drainase depan maskam 30 hari lebih belum selesai! Sangat miris T_T.
Selain itu, kualitas hasil pembangunan kontraktor lokal sangat memprihatinkan. Paling jelas ketika ada perbaikan saluran drainase di jalan. Memang, saluran drainase sudah diperbaiki, tapi bekas perbaikan masih membekas, meninggalkan sesuatu yang tidak enak dipandang dan merusak kenyamanan mengemudi di jalan. Tak lama kemudian, mungkin 6 bulanan, jalan akan dibongkar lagi, saluran drainase akan diperbaiki lagi. Sangat terlihat kerja kontraktor yang kurang berkualitas, baru beberapa bulan saja harus diganti kembali. Hal ini sangat kontradiktif dengan Jerman. Kalian tahu? Mobil Mercedes-Benz dirancang bukan untuk beberapa tahun kedepan pemakaian, akan tetapi untuk selama-lamanya! Bisa kita bayangkan bagaimana kualitasnya.
Begitulah keadaan kontraktor Indonesia. Memprihatinkan. Aku, mungkin lebih tepat kita, hanya bisa berharap  kontraktor Indonesia bisa meniru filosofi China, mengerjakan segala sesuatunya dengan cepat. Atau bisa juga meniru filosofi Jerman, membuat sebaik-baiknya segala sesuatu. Atau akan sangat lebih baik jika meniru kedua-duanya, cepat dan berkualitas!






Minggu, 13 Juli 2014

Esensi Warnet : Dulu dan Kini

Pupus sudah harapanku. Rapat ini tak seperti yang aku bayangkan. Sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi lebih. Pasti warnet sudah penuh, dan aku benci menunggu.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Itu adalah sedikit cuplikan yang menjelaskan gambaran Warnet saat ini secara implisit.
-----------------------------------------------------------------------------------------------
Dulu aku pernah membaca sebuah artikel di koran lokal yang menyatakan bahwa tak lama lagi eksistensi Warnet akan menghilang seperti yang terjadi pada Wartel. Tapi yang terjadi saat ini tidak seperti yang dipredisikan penulis artikel tersebut. Memang jumlah warnet saat ini jauh berkurang semenjak mengalami booming pada awal tahun 2000an lalu, namun kenyataannya, masih ada beberapa warnet yang tetap bertahan, bahkan sangat ramai disambangi pada saat hari biasa maupun hari libur.
Mengapa bisa demikian? Padahal, aku sangat setuju dengan pendapat artikel tersebut. Mayoritas masyarakat Indonesia sudah memiliki koneksi internet di rumahnya. Kenapa pula harus ke warnet kalau di rumah pun bisa? Opini artikel tersebut tidak salah kok.
Setelah kutelusuri, ternyata letak keunggulan warnet yang bertahan adalah perubahan esensi warnet itu sendiri. Perubahan tujuan orang-orang ke warnet. Dulu ketika koneksi internet masih terbilang jarang di rumah, orang-orang pergi ke warnet untuk mencari informasi yang diperlukan untuk tugas dan lain-lain. Dengan kata lain esensi warnet awalnya adalah menghubungkan seseorang dengan dunia maya.
Lalu, apa yang terjadi sekarang ketika orang-orang sudah tidak lagi memerlukan lagi koneksi internet oleh warnet? Ya, pihak warnet menangkap kegelisahan rakyat Indonesia akan kebutuhan batiniyahnya. Kebutuhan yang SEBENARNYA tidak murah tapi dapat 'dimurahkan' berkat campur tangan warnet. Kalian tahu kebutuhan apa itu? Kalian pasti tahu, kebutuhan menonton film!
Bayangkan jika kita akan membeli dvd blu-ray film original, SEBUAH fim saja, harus merogoh kocek sekitar Rp 200.000,00 - Rp 400.000,00. Bandingkan dengan kenikmatan yang warnet berikan. Kita hanya harus menyiapkan hardisk eksternal untuk menampung film blu-ray yang akan dicopy. Asal kapasitas hardisk eksternal masih mampu menampung, sepuasnya kita bisa mengcopy film blu-ray dari server warnet! Hanya modal hardisk eksternal dan uang 10ribuan, plus uang parkir, kita bisa menikmati berpuluh film berkualitas blu-ray sepuasnya. Tak heran, warnet yang mengakomodasi fasilitas ini mulai jam 10 pagi pasti sudah penuh.
Itulah yang terjadi saat in. Saat-saat di mana mayoritas orang datang ke warnet dengan tujuan mencopy film. Dengan ajaibnnya, esensi warnet awal bisa berubah menjadi gudang film. Sekarang, aku bertanya-tanya, apakah nama 'warnet' akan berubah menjadi 'warlem' alias 'WARung fiLEM'? hehe..
Menarik ditunggu kiprah warlem ini kedepannya. Suatu hari nanti pasti lambat laun, kegiatan pembajakan pasti akan benar-benar dilarang. Saat-saat itulah warlem akan bermetamorfosa lagi, berubah esensi agar bisa tetap bertahan. Menarik ditunggu :).

Sabtu, 12 Juli 2014

Perlukah Organisasi?

Mei 2013

Saya Dayat. Seseorang yang tidak terkenal. Tidak terlalu punya banyak teman. Tidak punya banyak pengalaman. Tidak pernah diperhitungkan.

Saya baru saja diterima oleh UGM sebagai maba jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Saya bertekad ingin mengubah, memperbaiki diri, mencari banyak teman, mencari pengalaman dan ingin diperhitungkan. Saya harus ikut organisasi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Juli 2014

Saya lelah. Setiap hari harus ke kampus dikala semua orang di rumah menikmati masa liburnya masing-masing. Dikala setiap orang update status sedang liburan entah kemana, bersenang-senang tentunya. Saya marah, dikala ada orang yang update status, menggerutu karena libur-libur harus ke kampus, padahal hanya satu hari saja. Mbok plis, lihatlah aku! Berhentilah menggerutu. Saya iri, teman-teman yang hidupnya selo, tidak ikut segala macam ini, tidak usah bersusah payah seperti ini, tidak perlu mengotori tangan dengan hal-hal seperti ini, tapi memiliki IP yang sangat bagus, jauh lebih baik dariku. Saya iri, ketika teman-teman bisa belajar dengan tenang, sedangkan saya masih berkutat dengan hal ini dan itu, mengorbankan UAS, mengorbankan nilai, mengorbankan segalanya.

Tapi semua itu adalah pilihan yang telah saya ambil. Ya, saya tidak boleh menggerutu.

Toh, saya bisa kenal dengan si A, orang yang dulu hanya bisa saya dengar dari cerita orang-orang. Saya bisa kenal dengan kakak-kakak angkatan, yang dulu adalah sesuatu yang hanya bisa saya impikan. Saya bisa mengerti perihal AD/ART, peminjaman ruang, sponsorship, hubungan dengan TU dan masih banyak lainnya, yang dulu kuanggap sebagai hal yang tabu. Saya bisa ikut banyak outbond/LK/apapun itu sehingga sepatu rusak dan bisa membeli yang baru. Saya bisa senang bersama atau sedih bersama teman-teman ketika menikmati berhasilnya atau gagalnya acara yang sama-sama kami buat. Saya bisa merasakan hal-hal yang tidak seluruh orang lain bisa rasakan, merasakan kebersamaan dalam kesulitan. Saya bisa tidur di sekre sesuka hatinya. Saya merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah, mengorganisirnya. Dan pada akhirnya, saya lebih diperhitungkan dibanding saat Mei 2013 itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------

Kalian tahu? Ikut organisasi itu tak semudah yang mbak Presma UGM 2 tahun lalu bicarakan. Dia ikut 8 organisasi. Oke, karena dia memang punya bakat di bidang itu. Beliau juga sudah berpengalaman, SMP dan SMA sudah aktif. Bagaimana denganku? SMP tidak ikut apa-apa. SMA ikut satu organisasi kerohanian tapi tidak pernah hadir kalau ada rapat. Sekarang, dengan 3 biji organisasi yang saya jalani pun, tak heran masih banyak menggerutu. Ditambah lagi ketika teman-teman (jika layak disebut demikian) satu persatu kabur menghilang dari keorganisasian seperti yang saya lakukan dulu. Beban bagi yang ditinggalkan pun mulai muncul. Organisasi tak seperti yang saya bayangkan ketika pertama kali dituturi oleh Presma UGM 2 tahun lalu.

Jadi, perlukah organisasi? Sebenarnya hal ini juga tergantung oleh pribadi masing-masing. Apakah sudah mempunyai kesibukan sendiri, seperti kerja part time, sibuk mengurusi kampung, atau belajar meneruskan bisnis orang tua? Jika sudah, maka sepertinya tidak perlulah ikut organisasi karena hal-hal tersebut juga mengasah soft skill dan juga sudah memakan banyak waktu. Jika belum punya kesibukan, maka haruslah ikut organisasi. Sangat sia-sia kalau kuliah hanya dihabiskan dengan main-main saja, apalagi mainan laptop di rumah sendirian. Waktu sangat berharga. Tapi, jangan naif, jangan mengikuti terlalu banyak organisasi seperti mbak Presma. Kita adalah diri kita, kita bukan mbak presma. Lebih baik ikut organisasi secukupnya sehingga dapat fokus ke setiap organisasi daripada ikut terlalu banyak sehingga justru kesulitan membagi prioritas.

Ya begitulah, penuturan dari saya, menurut pengalaman yang terjadi selama 2 semester ini. 2 semester yang saya habiskan dengan masalah akademis dan non akademis. 2 semester yang penuh cerita. 2 semester yang penuh pembelajaran kehidupan.

Semoga kalian mengerti. Berbahagialah.

Minggu, 23 Maret 2014

Romansa Desa Kisik

Sabtu, 15 Maret 2014

Ah lelah sekali rasanya. Tersibukkan karena praktikum dan berbagai pilihan. Sekarang pun saya sedang berdilema diantara dua pilihan. Mau ikut atau pulang ke rumah -> cuci kaki -> minum susu -> lalu tidur sore unyu.

Pada akhirnya saya memilih ikut namun dengan alasan yang sangat laknat, yaitu supaya besok lagi ketika disuruh ikut bisa mengelak karena sudah pernah ikut.

Jadi hari ini adalah sore hari pasca hujan mengguyur ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta. Bukan hanya itu, hari ini merupakan hari Sabtu yang notabene hari departemen syiar KMMTP bertandang ke desa binaan untuk mengemban misi mulia. Mengajar TPA. Dan khusus tanggal 15 Maret 2014 merupakan jadwal departemen MO (Media Opini) 'menemani' syiar mengajar TPA. Dan disinilah kami, bertiga, dari departemen MO bercampur dengan syiar, sudah siap berangkat menuju Desa Kisik, sang desa binaan.

Ah, setidaknya ada pengobat lelah untuk sementara waktu dalam perjalanan. Indahnya perjalanan ditemani dengan pemandangan sawah terhampar di pelupuk mata. Sayang, matahari sedang tidak menampakan batang hidungnya. Tak apalah, bisa melihat pemandangan yang jauh saja sudah sangat bersyukur, apalagi sekarang kita tidak bisa melihat pemandangan jauh di dalam kota karena tertutup oleh berbagai atribut parpol yang terkadang merusak pandangan, mempersempit kreativitas dan mengkatalis gemuruh kemarahan dalam dada.

Celotehan ramai anak-anak kecil terdengar dari parkiran masjid. Sesekali saya melihat beberapa kepala manusia cilik tersembul keluar, tersenyum, sambil melihatkan deretan gigi ompongnya. Sebuah kesadaran menghantam kepala, semacam pemutaran balik adegan-adegan lama yang terekam baik dalam memori masa lalu. Ah, saya pernah belajar TPA, dan suasananya tidak jauh dari sekarang ini, mirip sekali, atau bahkan sama persis.

Semacam tersedot dalam pusaran waktu yang membawa diri saya ke masa lalu, indahnya masa lalu, itulah diri saya saat ini. Berada di pinggiran masjid, duduk bersila, di sisi tempat ikhwan-ikhwan berada, bersebrangan dengan tempat akhwat, dan... tak jarang sepasang mata saling bertemu, ah masa lalu sekali.

Namanya Zaenal, saya tidak tahu dia baru saja makan apa. Sesuatu yang ber-ATP tinggi, mungkin. Yang jelas, saat ini dia sedang berlarian kesana kemari, tertawa-tawa, mengajak bermain (lebih cenderung ke mengajak ribut) kakak-kakak mahasiswa, bercanda kemudian bertengkar dengan temannya seakan dia tidak mempunyai rasa lelah. Saya jadi teringat dulu punya teman yang juga seperti Zaenal, tidak bisa diatur dan membuat jengkel ustad atau ustadahnya. Sampai terkadang membuat marah ustad dan akhirnya kelas menjadi hening.

Namanya Toni, saya tidak tahu apa yang ada dalam pikirannya. Jadi beginilah ceritanya. Saat kak kadep (kepala departemen) syiar sedang berbicara di depan, tiba-tiba Toni, yang duduk di dekatku menjawil sembari memanggilku "Mas Dayat, Mas Dayat". Kemudian aku meladeni panggilannya, "Apa Dik?". Sambil berbisik dia bertanya "Mbak itu namanya siapa ya? *sambil menunjuk kadep MO (kadepku)*". Aku menjawab "Oh itu -mbak kadep MO-". Kemudian dia bicara "Menurutmu -mbak kadep MO- cantik nggak?". Saya berpikir sebentar, memutuskan jawaban yang aman, "Lha menurutmu?". Si Toni terlihat berpikir sejenak, tiba-tiba dia memanggil -mbak kadep MO- dengan lantang, "-mbak kadep MO- -mbak kadep MO-". Ketika -mbak kadep MO- sudah menengok Toni, kemudian Toni dengan lantang berbicara "-Mbak kadep MO-, Mas Dayat padamu!".............................................................................. Maksude opohhh -_______-. Saya hanya bisa mengelus dada. Teman-teman lainnya tampaknya mendengar. Dan tertawa. Ketika tangan ini sudah lelah mengelus dada, saya suruh Toni untuk gantian mengelus dada saya. Dia manut, dan hanya bisa tertawa sembari mengelus dada saya. Teman-teman tertawa lebih kencang....... Saya merasa terhinakan.

Ah, beruntunglah kita sebagai makhluk generasi 90an yang belum mengenal rangkaian kata 'aku padamu' saat masih kecil. Beruntunglah kita bisa melihat keceriaan Teletubbies yang gemar memeluk satu sama lain. Beruntunglah harga HP saat itu masih sangat mahal. Beruntunglah kita tidak boleh mengendarai motor saat itu. Ah, saya miris melihat anak-anak kecil saat ini.

-----------------------------------------------------------------------------

Ya pada akhirnya, kesimpulan... tidak ada. Saya hanya ingin bernostalgia dengan masa lalu yang indah, tanpa beban, bertetangga dengan baik, gembira jasmani rohani dan tidak ada laporan praktikum . Dulu juga saya pernah di'pacok-pacokke' karena sebuah kesalah pahaman. Bedanya, dulu saya sebagai santri yang dipacokpacokke oleh pengajar. Sekarang, saya sebagai pengajar yang dipacokpacokke oleh santri. Persamaannya, sama-sama saat kegiatan TPA berlangsung. Roda zaman sudah berputar, terkadang ada sesuatu yang berubah dan ada pula sesuatu yang tetap, tidak berubah.

NB: Percakapan dengan Toni aslinya menggunakan bahasa Jawa
Alasan saya ikut ke Desa Kisik jangan ditiru. Pada akhirnya saya sangat gembira mengikuti acara tersebut. Saya selalu gembira apabila diajak nostalgia masa kecil, tapi saya juga mencoba tidak terperangkap dalam ke'zonaamanan' masa kecil yang menjerumuskan.

Minggu, 16 Maret 2014

Misteri Si-Mbak-Yang-Beberapa-Minggu-Lalu-Masuk-Tribun

Selamat berminggu blops. Selamat buat diriku juga yang akhirnya dapat rehat ditengah-tengah 2 minggu terakhir yang cukup menguras tenaga ini. Ah, begitulah, jadi teringat dulu waktu SMP dan SMA, menghambur-hamburkan waktu seenaknya, sekarang justru mengais-ngais waktu luang. Begitulah manusia.

Ah sudahlah.

Oke, masuk ke topik bahasan. Misteri Si-Mbak-Yang-Beberapa-Minggu-Lalu-Masuk-Tribun.. Sebelumnya mungkin untuk mengenakkan ku dalam menulis post ini, ada baiknya -namanya- ku singkat menjadi SMYBMLMT..

SMYBMLMT adalah seseorang, seseorang yang masih menjadi mahasiswa UGM jurusan keperawatan S1. Dia cukup terkenal. Keterkenalannya disebabkan oleh prestasinya yang... tumpeh tumpeh itu. Beberapa minggu lalu, dia menjadi salah satu headline koran Tribun. Bukan apa-apa, SMYBMLMT berhasil membuat seorang presiden republik Indonesia menangis karena tersentuh oleh kisah hidupnya dalam acara gathering bidik misi (kalau tidak salah). Ya, dia mahasiswa bidik misi. Coba bayangkan betapa bangga Ibunya terhadapnya?

Pertama kali saya mengenalnya (tapi dia tidak mengenal saya... tentunya... sudah seharusnya) ketika sedang diadakan acara ospek Fakultas Teknologi Pertanian. Kala itu, SMYBMLMT mengisi segmen acara dengan judul "bagaimana menjadi mahasiswa berprestasi".

Lihatlah, bahkan sang MC ospek tidak kuasa membendung lelah ketika membacakan CV dari SMYBMLMT di depan khayalak ramai. Memang, CV nya terlalu panjang bagi manusia yang masih berumur tanggung sepertinya. Saya malu berat ketika membayangkan salah satu teman kelompok , tiba-tiba berdiri kemudian berbicara dengan lantang di hadapan khayalak ramai "Hidayat Budi Tranggana. Curiculum Vitae : lulus SD..., SMP... SMA... dengan normal. Sudah, terimakasih"... Terus saya menunggu sesuatu, berharap teman saya tadi menunjuk ke sudut-sudut auditorium sambil berkata "Lihat, disana ada kamera, disana ada kamera. Ya! anda telah masuk dalam acara... "*plak*

SMYBMLMT mengakui, dengan polosnya, bahwa dia mengikuti organisasi yang jumlahnya mencapai 8!! Sebentar, itu masih belum ditambah keikut sertaannya dalam PKM (Pekan Kreativitas Mahasiswa). Belum juga ketika dia menjadi calon Mapres yang pada akhirnya memang menjadi Mapres. Dan, belum termasuk ketika dia banyak diundang ke acara-acara yang bertajuk... motivasi hidup. Wow, saya bertanya-tanya, apakah dia manusia? Saya tak yakin.

Pertemuan saya dengan SMYBMLMT ternyata tak berhenti sampai di auditorium FTP. Bahkan pertemuan kali ini lebih terasa personal. Kala itu, diadakan forga ASC yang bertempat di rumah salah satu kakak angkatan TPHP 2010. Saya kaget, ternyata guest star yang digadang-gadang akan tampil sebelumnya adalah SMYBMLMT. Saya merasa terhormat. Disatu sisi juga merasa terhinakan (jika membandingkan masing-masing CV).

Saya sempat bertanya, "Apakah mbak bisa lelah dan sedih? Kalau bisa bagaimana caranya mengusir kelelahan dan kesedihan yang mbak alami?" ... Maaf sebelumnya jika saya bertanya sebegitu provokatif, tapi memang sejujurnya, saya agak ragu jika SMYBMLMT bisa lelah dan sedih. Lihatlah prestasinya, lihatlah organisasinya, lihatlah keceriaannya ketika mengisi acara. Seolah tanpa cela. Padahal manusia memiliki banyak cela.

Ternyata dia manusia. Menurut penuturannya, dia sering sekali sedih dan lelah. Ya, itu wajar, selayaknya manusia biasa. Dan juga dia memiliki resep-resepnya sendiri untuk mengusir rasa lelah juga sedih. Ah, tampaknya saya sudah mulai menarik suatu kesimpulan.

Kenapa SMYBMLMT bisa begitu? Kenapa kita-kita hanya bisa menulis di blog dan memiliki IP pun pas pasan? Apakah Tuhan menganugrahkannya kelebihan jauh melebihi kekurangannya?

Kurasa tidak.. Pada dasarnnya setiap manusia di dunia memiliki kelebihan dan kekurangan sesuai takaran. Tak ada yang memiliki kelebihan maupun kekurangan berlebih. Tuhan itu maha adil.

Kurasa SMYBMLMT mempunyai kemampuan khusus dalam menutupi kekurangan dengan memaksimalkan sepenuhnya kelebihannya. Sehingga, yang terlihat di luar hanyalah prestasi. prestasi. prestasi. dan segala kelebihannya. Orang terkadang hanya menilai orang lain dari luarnya saja. SMYBMLMT pun sebenarnya memiliki perbandingan kelebihan dan kekurangan sama dengan kita. Tidak berbeda. Sesimpel itu saja. Hanya saja, kitanya yang tidak mau memaksimalkan kelebihan yang dimiliki untuk menutupi kekurangan. Terlebih sekarang ada media semacam facebook, twitter, path dll yang justru menonjolkan kekurangan kita. Percuma kita check in, upload foto makanan, update foto selfie, itu semua hanya membuat kita semakn inferior. Bukannya menjadi bangga dan superior, hal itu menimbulkan kesombongan juga pengkatalis iri hati orang lain.

Kurasa yang terakhir, kemampuan SMYBMLMT yang tidak semua orang miliki adalah kemampuan memimpin diri sendiri. Bagaimana dia bisa mengatur hidupnya yang serba sibuk itu, bagaimana dia bisa bangkit keterpurukan dan bagaimana dia bisa memotivasi orang lain agaknya tidak terlepas dari bagaimana dia mampu memimpin diri sendiri. Kemarin jumat ketika rapat PB ASC, saya sempat mendengar sesuatu yang membuat merinding, yaitu, "bagaimana bisa memimpin orang lain jika tidak bisa memimpin diri sendiri?". 

Pada akhirnya, kita bertanya pada diri sendiri "Sudahkah kita bisa memimpin diri sendiri? Ataukah kita selama ini dipimpin oleh nafsu yang menjerumuskan?"

Minggu, 02 Maret 2014

3 Cara Mengenali Dosen

Dosen... dosen... dosen....

Dosen, adalah seonggok makhluk yang.... ah saya terlalu hiperbola. Pada hakikatnya, dosen juga manusia. Mereka butuh makan, minum, tidur juga buang air, sama selayaknya manusia hidup. Mungkin jika dalam dunia kebahasaan, makna dosen sendiri telah mengalami peyorasi. Dulunya dosen berarti seseorang yang mesti dihormati. Sekarang, di era milenium ini, dosen berubah makna menjadi seseorang yang menyebalkan*. Entah evolusi bagaimanakah yang dapat mengubah makna dosen tersebut. Yang jelas, evolusi tersebut memakan waktu yang panjang dan berpuluh angkatan telah ambil bagian menyumbangkan buah pikirannya (lebih menyerupai cacian daripada buah pikiran, sebenarnya).

Ah sudahlah.

Oke, mengenali dosen itu penting bagi para mahasiswa. Ada banyak alasan mengapa bisa demikian. Mungkin bagi para teman-teman yang sudah mencicipi bangku perkuliahan sudah mengerti, jadi tidak usahlah saya uraikan di sini.

Selama sesemester lebih beberapa minggu ini, saya telah secara diam-diam melakukan penelitian bagaimanakah cara mengenali dosen (jangan percaya). Nah, ternyata ada banyak cara mengenali dosen, entah itu yang sudah selama ini kita tahu atau yang benar-benar tak kita ketahui. Nah, berikut ini adalah beberapa cara mengenali dosen :

1. Bacalah nama dosen
Nah ini penting sekali bagi seseorang yang belum pernah bertemu sama sekali dengan subyek (dosen). Biasanya saya dan teman-teman sering membaca nama beserta gelarnya untuk mengira-ngira bagaimana 'perangai' subyek ketika di dalam maupun luar kelas.
Bagaimana cara mengira-ngira? Pertama kita perhatikan namanya. Contoh: bila subyek bernama 'Suratin' (hanya contoh, tidak cenderung kepihak manapun), berarti dapat diperkirakan bahwa si subyek berumur 45an keatas karena namanya masih masuk dalam angkatan jawa lampau (yaitu angkatan dimana biasanya sebuah keluarga dari jawa terdiri atas sepasang orang tua dan memiliki lebih dari 5 anak, menganut sistem banyak anak banyak rezeki dan sistem nama anak singkat agar orang tua mudah menghapal nama anak-anaknya). Contoh lainnya : nama subyek 'Darmawan Aji Santoso' (hanya contoh, tidak cenderung ke pihak manapun), kalau yang seperti ini dapat diperkirakan berumur 35an ke bawah. Karena biasanya angkatan ini memiliki nama yang panjang dan sudah menggunakan dasar bahasa Indonesia (dalam contoh, kata 'darmawan' dari kata 'dermawan'). Coba tengoklah nama anda, kurang lebih sama kan?
Setelah mengetahui kemungkinan umur subyek, kita harus menyocokkan perkiraan umur tersebut dengan teori. Nah, teorinya, semakin tua seorang subyek, maka semakin killer (tegas) subyek tersebut.... Maka perlakuan kita terhadap subyekpun pesti berbeda.
Pengetahuan terhadap subyek dapat kita perbaiki lagi dengan cara membaca gelarnya. Contohnya, jika subyek memiliki gelar Prof... maka kita seyogyanya harus memastikan dan menguasai benar benar apa yang akan kita perdebatkan dengan subyek. Karena sesungguhnya, mereka pintar. Pintar sekali. Contoh lainnya, jika dosen hanya memiliki satu gelar dan itu pun gelar baru (STP, SS, SI dll), maka jangan terlalu takut untuk berdebat dengan subyek (biasanya mereka masih labil. meski tetap pintar). Dan biasanya subyek yang seperti itulah yang masih beraroma seperti guru.
Meski begitu cara pertama ini tidak terlalu ampuh untuk mengenali dosen, karena contohnya bisa saja ada dosen yang berumur 60an tapi tidak killer, tak selamanya yang bernama 'kuno' adalah orang berumur 45 keatas (saya punya teman bernama 'Joko Sutanto' berumur 18 tahun, sehat) dll. Margin error cara ini bisa mencapai 35%. Cara pertama ini cocok hanya saat kita belum benar-benar bertemu dengan subyek namun harus berurusan dengannya beberapa jam kemudian.

2. Tanya kepada kakak angkatan
Nah ini, ini lebih ampuh dibanding sebelumnya. Kakak angkatan, dengan segala pahit getir, suka duka, senang susahnya berhubungan dengan subyek pasti dapat menjadi sumber informasi yang berharga. Akan tetapi, pilihlah kakak angkatan yang sedikit menaruh rasa emosional pada subyek. Jangan sampai kita memilih yang sudah terlalu banyak memendam rasa pada si subyek. Bukannya mendapat informasi berharga justru diberondong oleh curhatan kakak angkatan, atau bahkan cacian. Biasanya kakak angkatan yang seperti itu mempunyai satu pengalaman khusus dengan subyek. Pengalaman pahit mungkin. Sehingga dia hanya memberi informasi yang negatif-negatif saja, padahal si subyek justru memiliki banyak hal positif.

Jadi tinggal pintar-pintarlah kita memilih kakak angkatan yang tepat. Margin error dari cari ini berkisar antara 5- 30%. Semakin kecil margin error maka semakin tepat kita memilih kakak angkatan.

3. Perhatikan detail dosen
Saat subyek mengajar anda, untuk mengenali si subyek, anda harus memperhatikannya sekaligus memperhatikan materi yang dibawanya.
Contoh:

((Kondisi)) ---> ((Maka)) ---> ((kesimpulan))

Dosen berkerudung ---> Dosen beragama islam---> Sapalah dengan salam islam.
Dosen tidak berkerudung ---> Dosen bisa beragama apa saja ---> Sapalah dengan salam indonesia
Dosen menggunakan kalung salib ---> Dosen beragama antara kristen atau katolik ---> Jangan pernah sekalipun disapa dengan salam islam
Dosen menerangkan menggunakan LCD sambil duduk ---> Dosen malas ---> Nilai IP matkul tersebut lama keluar
Dosen menyuruh mahasiswa untuk membuat presentasi ---> Dosen malas ---> Nilai IP matkul tersebut terakhir keluar
Dosen berjilbab ---> Dosen kurang modis ---> Jangan pernah menyinggung mode baju zaman sekarang
Dosen berhijab ---> Dosen modis ---> Pakailah hijab kreasi baru (hijab kereta kelinci mungkin?) saat kuliah dosen tersebut. Rasakan sensasinya.
Dosen suka tertawa dan mahasiswa tertawa ---> Dosen humoris ---> Selama satu semester kalian berbahagia.
Dosen suka tertawa dan mahasiswa tidak tertawa ---> Dosen gayus ---> Pura-pura tertawalah untuk menyenangkannya
Dosen tidak suka tertawa dan mahasiswa tidak tertawa ---> Dosen killer ---> Ambil tempat duduk dibelakang pojok. tutupi mukamu dengan tirai. tidurlah.

Nah itulah tadi 3 cara mengenali dosen. Ambilah manfaatnya buanglah yang buruk buruk. Terimakasih :))

-----------------------------------------------------------------------------------------
*tidak semua orang mengatakan dosen itu menyebalkan. Dosen juga manusia. Beberapa dosen kelewat baik malah :)

Selasa, 18 Februari 2014

Negeri Penghujat Hujan

18 Oktober 2013

Sumpah serapah menggumam keluar dari mulut saya sore ini. Saya tak habis pikir mengapa bisa lupa. Hari ini, hari jum'at. Mestinya saya tahu bahwa jam-jam menjelang sore, jalanan pasti padat. Padahal saya sudah menterlambat-terlambatkan perjalanan menuju kosan teman. Hari ini adalah hari pertama makrab PHPT. Secara jadwal, mahasiswa PHPT 2013 sudah diharuskan datang ke PTF sebelum jam 3 sore untuk selanjutnya diangkut ke lokasi makrab. Sekarang jam berapa? Masih jam 2. Waktu Indonesia Ngaret.*

Sambil memutari setengah lingkaran bundaran MGU dengan motor, saya mendongak keatas. Perbendaharaan sumpah serapah yang keluar dari mulutpun semakin lengkap. Terlihat disana, di atap langit, awan hitam menggantung mengejek kepada setiap insan di bawahnya seakan ia memliki kuasa atas kebahagiaan mereka. Dan memang ia memilikinya. Menyadari hujan akan tumpah, sayapun memacu motor meliuk-liuk diantara semrawutnya jalanan di depan RS ADSEHTEB. Akhirnya rasa lega mengaliri setiap jengkal tubuh, saya berhasil melewati jalan terjal tersebut. Jalanan menjadi lebih lengang ketika saya mulai berbelok ke utara menuju kosan teman. Tapi, tunggu, apa ini? Titik-titik kecil air berjatuhan dari atap langit. "Ah, paling-paling gerimisnya lama" sambil lalu saya bergumam.

3 detik kemudian. Dinginnya air hujan menghujam tubuh sampai ulu hati. Hujan marah. Hujan turun dengan derasnya. Sambil menggerutu saya segera menepi di dekat fakultas MUKUH. Betapa pecahnya emosi saya saat ini. Diperparah dengan gumaman pria setengah baya yang juga sedang memakai mantolnya di belakang saya. "Ass ngopo to ndadak udan?", gerutunya. Dalam diam saya menyetujuinya, mungkin lebih tepatnya lega karena mempunyai teman sesama penghujat hujan saat ini.

"Akhiree" saya mendesah lega ketika BERHASIL masuk ke dalam pelataran kosan teman. Setelah sebelumnya sempat terjadi insiden dimana saya tak kunjung masuk karena dilarang oleh seseorang. Saya tak tahu mengapa. Tapi yang jelas, saya tahu seseorang tadi telah membuat saya menghujat hujan lebih keras. Ah sudahlah, lakukan yang harus dilakukan, sesimpel itu saja kok. Kami bertiga, aku, NAILAV dan INGA, sudah siap untuk berjalan kaki menuju PTF menembus derasnya hujan. Sebelumnya saya harus memarkirkan motor dan meminta izin.

Mimpi apa saya semalam? Lelucon apalagi yang saya dapatkan ini? KEBETULAN apa lagi yang mendera ini? Terkadang kebetulan memiliki selera humor yang sadis. Saya tidak boleh parkir di sini. Sejenak, dalam guyuran hujan, saya tertunduk meresapi apa yang terjadi. Kemarahan itu semakin menjadi-jadi. Dan saya menjadikan hujan sebagai hulu dari semua masalah ini. Menjadikannya sebagai sumber segala permasalahan ini. Menimpahkan semua kekesalan kepada hujan, meski saya tahu hujan tidak bersalah, tetapi setidaknya harus ada yang disalahkan. Ego meresapi saya, tak mau menyalahkan diri sendiri atas segala kekacauan ini.

Dalam diam saya menuju ke kosan teman yang lain. Memarkir motor sekenanya. Saya tidak khawatir motor saya hilang. Kekecewaan sudah terlanjur menggelayut dalam pikiran, menggusur ruang-ruang yang biasanya ditempati oleh kekhawatiran. Saya sudah tidak punya alasan untuk khawatir. Apalagi memikirkan motor. Saya hanya memikirkan bagaimana menuju PTF dan kata-kata apa yang dirasa belum digunakan untuk menghujat hujan. Saya sudah mulai bosan dengan kata yang itu-itu saja.

Banjir. Apalagi ini. Saya tidak bisa mengelak. Setinggi-tingginya celana disingsingkan tetap saja tercelup dalamnya air banjir. Dalam hujan deras ini, saya membelah daerah MAYAG GNARAK sendirian, berjalan sendirian di keheningan kampung yang janggal. Orang-orang melihat saya seakan melihat anjing liar, mata mereka mengisyaratkan ketenangan yang dibuat-buat, ketakutan sekaligus kebencian selayaknya ketika melihat anjing liar lewat. Saya hanya bisa menghela napas dan melanjutkan perjalanan. Saya sudah tidak peduli dengan bagian bawah tubuh saya. Tanpa dilihat, sudah terasa. Saya menerka sudah 3/7 dari tubuh saya sudah basah terkena 'genangan air'. Lama-lama saya kebas, berhenti menghujat hujan. Biarlah semua mengalir. Sesekali napas panjang hilir mudik masuk keluar hidung.

Tak terasa saya sudah menginjakan kaki di sebagian lapangan D3 PTF. Untuk mempersingkat waktu, saya memutuskan langsung memotong jalan menuju ke koridor terdekat sebagai peneduh. Ketika rasa lega kembali mengaliri seluruh tubuh, tak diduga, tiba-tiba saya terperosok. Saya tak tahu kenapa, yang saya tahu dan sebenarnya tak mau tahu, 3/4 bagian tubuh saya sudah basah terkena air sialan itu. Segalanya tumpah, bukan air yang tumpah, akan tetapi kemarahan dan kejengkelan tumpah ruah menuduh hujan sebagai biang keladi semua ini. Setelah beberapa detik menenangkan diri dan bisa berfikir lagi, ternyata saya terperosok kedalam parit yang sebelumnya saya kira semen yang solid. Betapa tak beruntungnya. Tampaknya kemarahan telah mengaburkan pengelihatan dengan mengubah sesuatu yang baik menjadi buruk, yang buruk menjadi baik. Negara AISENODNI merdeka karena kemarahan rakyatnya terhadap penjajahan. Apakah kemarahan itulah yang mengubah sesuatu baik menjadi buruk seperti yang saat ini terjadi? Who knows.

Jadilah aku di sini. Bersama teman-teman, yang sehat tanpa kurang apapun hanya kurang basah (mereka kering seperti gurun saja), mendengarkan instruksi-instruksi dari kakak angkatan. Aku tak peduli. Pikiranku tidak sedang di sini, juga tidak sedang pada seseorang, akan tetapi tercurahkan seluruhnya hanya untuk menghujat hujan, mengutuk segalanya. Tiba-tiba saja saya sudah disuruh sholat ashar berjamaah bersama teman-teman lainnya.

Sholat saya tidak diterima. Bagaimana bisa diterima, kalau dalam sholat bukannya menghamba pada-Nya tetapi justru menghujat ciptaan-Nya, hujan? Ketika selesai salam, terdengar suara 'kresek-kresek' tanda mic tersentuh. "Assalamualaikum warahmatullah, wabarakatuh". Saya kaget, ternyata imamlah yang menyentuh mic tadi, dan sekarang tampaknya dia ingin berinteraksi dengan para jamaah. "Sekarang sedang hujan deras. Hujan itu bukan untuk dibenci tetapi disyukuri". Hati saya berdesir. "Ada 3 waktu ketika doa biasanya banyak dikabulkan. Yaitu yang pertama, ketika azan berkumandang, maka diam dan berdoalah ketika azan berkumandang. Selanjutnya, ketika hari jum'at, maka banyak berdoalah di hari jum'at. Dan yang ketiga, ketika sedang turun hujan, maka berdoalah saat hujan sedang turun agar hujan yang turun membawa rahmat dan manfaat dari Allah, bukannya bencana". Pipi saya panas. Entah dari mana seseorang menampar pipi saya. "Bapak-bapak, ibu-ibu, teman-teman, maka dianjurkanlah kita mengucap doa ketika hujan turun, yang berbunyi "Allahuma shayyiban naafi'a" yang berarti "Ya Allah, jadikan hujan ini hujan yang memberi manfaat.". Sesimpel itu saja tetapi seketika membuat hati saya runtuh.
**
------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sejak saat itu saya berusaha tidak lagi menghujat hujan.

Hujan itu bukan untuk dibenci akan tetapi disyukuri.

Post ini ditujukan utamanya untuk para penghujat hujan di negeri penghujat hujan.

Saya sejujurnya sudah gerah membaca twit-twit kalian yang berbau menghujat hujan, akan tetapi ketika sekarang sedang turun abu vulkanik justru mengiba-ibakannya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

*Waktu Ngaret Indonesia : relatif pada setiap manusia, seseorang bisa memiliki waktu 1 jam, sedangkan yang lainnya hanya 30 menit. Waktu ngaret juga ada di beberapa negara lain. Tetapi ada negara yang tidak memiliki waktu ngaret. Salah satu negara yang tidak memiliki waktu ngaret adalah Swiss.

** Cerita ini didasarkan pengalaman saya. Pesan dari imam yang sebenarnya, lebih sedikit panjang dan lebih menyentuh hati. Nama-nama yang terbalik juga memiliki arti tersendiri, tidak asal dibalik. Dan motor saya masih utuh.

Sabtu, 08 Februari 2014

Kopi Panas Rasa Dingin

Kopi panas rasa dingin. Salah satu produk minuman terbaru yang sedang gencarnya diiklankan di tv. Saya sempat kaget ketika pertama kali melihat iklan tersebut. Karena sejujurnya, menurut saya, nama produk tersebut (kopi panas rasa dingin) bila dipahami dari sudut pandang yang berbeda, sesungguhnya lebih menyerupai sarkasme. Di pelajaran bahasa jawa juga ada hal seperti itu pula. Tapi aku lupa namanya. Sebagai contoh, polahe anteng kitiran (lakunya diam seperti baling-baling). Kita tahu bahwa baling-baling tak pernah diam, selalu bergerak karena angin. Bahkan bergeraknya tak sembarang bergerak, pergerakan yang penuh keagresifitasan (?). Lalu mengapa 'kitiran' disandingkan dengan kata 'anteng' yang berarti sangat kontradiktif yaitu diam? Tak lain dan tak bukan hanya untuk menciptakan sebuah penyindiran yang.. menyakitkan. Nah, sekarang kita baca ungkapan 'kopi panas rasa dingin', sama seperti contoh tadi kan? Jadi, apakah pembuatan produk 'kopi panas rasa dingin' bertujuan untuk menyindir konsumen-konsumennya? Lebih baik kalian menjawab 'tidak', karena daritadi saya tidak benar-benar serius :).

Oke, pada post ini saya tidak akan membahas tentang sarkasme atau kebahasaan yang lainnya. Sesuatu hal yang kontradiktif (berlawanan) adalah yang akan saya bahas. 'Kopi panas rasa dingin', agaknya perusahaan berusaha menciptakan produk yang out of the box. Dan sesungguhnya, salah satu cara untuk menciptakan produk yang out of the box adalah pembuatan produk yang berkiblat pada kata 'kontradiktif'. Contoh produk 'kontradiktif' lainnya, es krim goreng (es krim kok digoreng) dan masih banyak lainnya (ingat, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kreatif dalam urusan kuliner. Saking kreatifnya sampai sampai plastik dibuat makanan).

Nah sekarang, pertanyaannya, mengapa harus produk 'kontradiktif'? dan apakah prospek produk 'kontradiktif' semenjanjikan itu? Akan coba saya jawab. Pada semester I ini, di mata kuliah kimia organik, saya diajar oleh dosen yang lebih mirip tentor Ujian Nasional daripada dosen. Dalam pelajarannya (kadang dalam banyolannya) dia sering mengatakan kaidah 'like dissolve like' (sejenis melarutkan sejenis). Nah, itulah yang saya rasa menjadi pegangan para pemangku perusahaan untuk memasarkan produk 'kontradiktif'nya. Para pemangku perusahaan itu memegang prinsip sejenis melarutkan sejenis, yang dalam kaitan post ini, berarti produk 'kontradiktif' laku dalam zaman 'kontradiktif'. Naaah. Zaman 'kontradiktif'. Sesungguhnya kita sekarang berada dalam zaman 'kontradiktif'. Banyak hal sudah berbeda. Sudah berlawanan. Yang baik menjadi buruk sedangkan yang buruk menjadi baik. Yang umum menjadi khusus, yang khusus menjadi umum. Sebagai contoh, dulu Nabi menyunahkan, jika keluar rumah, umat laki-lakinya memakai wewangian sedangkan umat perempuannya tidak menggunakan wewangian agar tidak mengundang hasrat pria. Akan tetapi sekarang, jika kalian pergi ke mall, yang terjadi justru sebaliknya, banyak wanita wanginya, wuh semerbak sampai tumpeh tumpeh sedangkan para prianya justru kurang wangi dibanding wanita atau bahkan  lebih bisa dikatakan sebagai prengus X)).

Untuk tambahan, dalam kitab Jangka Jayabaya disebutkan sekarang kita ada di zaman edan. Seperti yang dapat ditebak, dengan kaidah like dissolve like, beberapa perusahaan sudah memproduksi sesuatu yang 'edan', tidak masuk dinalar, meski dengan jumlah yang masih sedikit.

Oke, sampai di penghujung post. Jadi apa yang dapat kita petik dari post ini? Nah, bagi yang akan membuka usaha dapat dicoba memproduksi sesuatu yang out of the box dengan menggenggam prinsip 'kontradiktif'. Mungkin usaha anda akan laris manis. ya, mungkin. mungkin kalau semua yang saya tulis ini bukan sekedar gurauan. Saya hanya mencoba memberi prespektif yang berbeda, jangan dimasukin hati  :))

Rabu, 22 Januari 2014

Fakta Kuliah : Tentang Nilai

Malam blopps.. untuk kesekiankalinya aku menyapa dengan 'lama tak berjumpa'.

Sudah sempurna melewati detik-detik menegangkan mengerjakan UAS pertama di kuliah nih. Tetapi, sesungguhnya detik-detik yang lebih menegangkan sudah menanti. Yaitu detik-detik menerima IP perdana.

Omong-omong, karena teringat IP, kali ini aku ingin membahas tentang penilaian saat kuliah, faktanya. ya, faktanya.

Fakta Kuliah : Tentang Nilai

Apa itu nilai?. Dalam konteks ini, menurutku nilai adalah indikator seberapa mampu mahasiswa menguasai sebuah mata kuliah. Namun ironinya, tak semurni itulah nilai menjadi indikator kemampuan mahasiswa. Faktanya tak sedikit mahasiswa yang menghalalkan berbagai cara hanya untuk mendapat nilai bagus. Seperti contohnya, banyak mahasiswa yang menyontek saat UAS. Hal ini mengakibatkan nilai tak mampu menjadi indikator yang valid kemampuan mahasiswa tersebut karena nilai yang diperolehnya bukan 100% dari pekerjaannya.

Berikut ini adalah beberapa fakta tentang nilai yang berhasil aku simpulkan setelah menjalani 1 semester di jurusan TPHP:

1. Lebih Sulit - Apakah kalian pernah meluangkan waktu sebentar saja untuk bertanya-tanya 'Mengapa matematika yang saat masih SD banyak digemari oleh murid tetapi ketika beranjak SMA menjadi dibenci banyak murid?'. Jawabannya tentu saja mudah diterka, "Karena matematika semakin sulit. Saat SD masih mudah, sedangkan saat SMA sudah sulit". Semua orang juga tahu, setiap mata pelajaran pasti menjadi sulit seiring dengan naiknya murid ke jenjang yang lebih tinggi. Akan tetapi bukan fokus itu yang akan aku soroti, maka aku akan mengganti pertanyaannya menjadi "Mengapa matematika menjadi sulit?". Nah pasti kalian sudah memiliki jawaban tersendiri yang pasti benar. Karena memang pertanyaan ini bersifat subyektif, tidak mengikat teori tertentu. Tetapi di tengah derasnya opsi jawaban, aku akan membuka mata kalian dengan sebuah jawaban. "Mengapa matematika jadi sulit?", "karena semakin kesini, angka-angka menghilang dari matematika itu sendiri". Disadari tak disadari semakin ke jenjang yang lebih tinggi, angka-angka dalam soal matematika semakin sedikit. Contoh: Soal kelas 2 SD --> 63792 X 2123 = ? . Bandingkan dengan soal kelas 2 SMA ---> alogb + blogc ..... = 3 cari nilai a. Bandingkan, pada soal kelas 2 sd karakter yang berupa angka berjumlah 9 berbanding 2 yang bukan angka (kali dan samadengan), sangat berbeda dengan soal kelas 2 SMA yang hanya memiliki SATU karakter angka. Pada intinya, itulah yang sebenarnya yang menjadikan matematika susah.
Nah, setelah panjang lebar menjelaskan teori yang absurd tadi, saatnya aku mengkorelasikan antara teori tadi dengan nilai dalam perkuliahan. Nilai dalam perkuliahan mengenal dua sistem, dalam artian, sistem pertama adalah nilai-konservatif-sma, yaitu nilai berupa angka dan sistem kedua, nilai-dalam-berupa-huruf. Biasanya sistem penilaian perkuliahan menggunakan kedua sistem tersebut. Cara kerjanya adalah, untuk nilai UTS maupun UAS dirangkai dalam bentuk nilai berupa angka. Kemudian kedua nilai tersebut dengan masing-masing porsinya digabung kemudian dikonversi menjadi nilai-berupa-huruf. Nah nilai berupa huruf inilah yang menentukan IP mahasiswa tersebut.
Jika merujuk pada teori yang kuberikan pada paragraf pertama tadi, hal ini akan menyulitkan. Entah bagaimana caranya hal ini menyulitkan, karena angka dirubah menjadi huruf, sama halnya dengan matematika yang menghilang angka-angka digantikan oleh huruf alfabet yang sukses menjadikan matematika sulit. Apa artinya? Kenapa bisa demikian? Saya tidak tahu, karena saya juga bingung :|

2. Tidak sehat - Tahukah kalian? sistem penilian kuliah terkadang menjadikan mahasiswanya tidak sehat. Tidak sehat dalam fisik maupun mental. Beberapa dosen memutuskan untuk meniliai mahasiswanya hanya dari hasil UTS dan UAS. Hal itu mengakibatkan terciptanya SKS yang kita kenal selama ini. Akan tetapi bukan SKS yang berkepanjangan 'Sistem Kredit Semester'. SKS yang dimaksud adalah 'Sistem Kebut Semalam'. Banyak mahasiswa yang karena kesibukannya tidak bisa belajar secara rutin. Nah, karena dosen hanya menghendaki nilai UTS dan UAS, maka mau tak mau mahasiswa tersebut harus all out saat-saat itu. Walhasil, karena mahasiswa tersebut ketinggalan materi banyak, Ia hanya bisa menyicilnya semalam sebelum hari H dihelat. Hal ini berakibat dari kesehatan fisik maupun mental mahasiswa itu. Dari fisik, tentunya saat hari H justru mengantuk dan tak bisa memberi jawaban terbaik. Atau lebih buruk lagi, malah tiba-tiba sakit saat hari H sehingga tidak mengikuti ujian. Yang kedua, tidak sehat secara mental, kemungkinan mencontek lebih besar karena si mahasiswa merasa memiliki tekanan yang lebih besar pada ujian tersebut.
Nah, pada akhirnya, mahasiswa sendiri yang menentukan mau menjadi mahasiswa yang sehat atau sebaliknya. Kalau ingin sehat berarti hindarilah kedua hal yang kusebutkan tadi :)

3. Tidak adil - Terkadang sesuatu yang sekiranya baik justru tidak adil. Langsung saja kuberi contoh agar semua cepat mengerti. Contoh: Suatu mata pelajaran, sebut saja X. Mempunyai range nilai ---> A = 80-100, A- = 75-80 dan seterusnya. Ada dua mahasiswa, sebut saja A dan B. Si A mendapat nilai 80,5 dalam pelajaran X, sedangkan si B mendapat nilai 79,5 dalam mata pelajaran yang sama. Dengan melihat range nilai, si dosen memberikan nilai A pada si A dan nilai A- pada si B. Walhasil si A mendapat IP 4,00 sedangkan si B hanya mendapat IP 3,75. Jika kita berpikir rasional, hal itu sungguh tak adil. Bayangkan, nilai si A dengan si B secara matematis hanya terpisah sebesar 1 dengan skala 0-100. Sedangkan secara 'nilai IP'is mereka terpaut cukup jauh, yaitu 0,25 dengan skala 0-4. Jika 1 dibagi dengan skala, akan menghasilkan angka yang sangat kecil, yakni 0,01. Bandingkan jika 0,25 dibagi dengan 4, akan menghasilkan angka yang jauh lebih besar dibanding yang tadi, yaitu 0,0625. Perbandingan itu menarik kesimpulan bahwa, perbedaan sedikit saja pada batas range nilai akan berpengaruh banyak pada IP anda.
Cukup tidak adil.

4. Terkadang tidak adil itu menyenangkan - Sesungguhnya baik itu relatif. Tergantung dari baik itu dipandang dari sisi mana. Contohnya, fakta kuliah yang ketiga, itu dilihat dari sudut pandang si B yang merasa tak teradilkan. Nah, fakta yang keempat ini, sudut pandang akan berubah menjadi dari si A.
Pasti pada awalnya, setelah mendengar berita tersebut (dalam fakta no3) si A akan memasang muka bersimpati kemudian mencoba memberi pukpuk pada si B, akan tetapi, dalam hatinya, dalam lubuk hatinya..... huahahahahahahahahahhahahahahahahhahahahahahah.... begitulah, tak perlu aku jelaskan. Tentunya sebagai si A akan merasa sangat beruntung dan sangat berbahagia. Dan merasa bahwa terkadang ketidak adilan itu menyenangkan. Meskipun itu sadis, tapi itu fakta.
Oke, di fakta ke 4 ini, aku akan beri hikmahnya saja. Jadi hikmahnya adalah tak perlu menjadi yang terbaik untuk mendapat yang terbaik. Tak perlulah kau mendapat A dengan nilai 90 apabila kau bisa mendapat A dengan nilai 80. Ungkapan ini dapat digunakan untuk merilekskan dirimu saat sebelum ujian berlangsung. Mungkin kau akan lebih rileks dalam mengerjakan soal, sehingga mendapat yang terbaik :)
Oh iya, tak perlu risau apabila kalian tidak mendapat nilai sempurna. Karena sesungguhnya setelah kesempurnaan itu hanya ada kekurangan - Umar bin Khattab


Oke bloops. begitulah 4 fakta menarik yang dapat aku sampaikan malam ini. Ambillah manfaatnya, buanglah yang tidak tidak. Tularkanlah manfaat tersebut kepada orang lain. Karena sesungguhnya sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat kepada orang lain :)) Terimakasih~!