Langsung ke konten utama

Kopi Panas Rasa Dingin

Kopi panas rasa dingin. Salah satu produk minuman terbaru yang sedang gencarnya diiklankan di tv. Saya sempat kaget ketika pertama kali melihat iklan tersebut. Karena sejujurnya, menurut saya, nama produk tersebut (kopi panas rasa dingin) bila dipahami dari sudut pandang yang berbeda, sesungguhnya lebih menyerupai sarkasme. Di pelajaran bahasa jawa juga ada hal seperti itu pula. Tapi aku lupa namanya. Sebagai contoh, polahe anteng kitiran (lakunya diam seperti baling-baling). Kita tahu bahwa baling-baling tak pernah diam, selalu bergerak karena angin. Bahkan bergeraknya tak sembarang bergerak, pergerakan yang penuh keagresifitasan (?). Lalu mengapa 'kitiran' disandingkan dengan kata 'anteng' yang berarti sangat kontradiktif yaitu diam? Tak lain dan tak bukan hanya untuk menciptakan sebuah penyindiran yang.. menyakitkan. Nah, sekarang kita baca ungkapan 'kopi panas rasa dingin', sama seperti contoh tadi kan? Jadi, apakah pembuatan produk 'kopi panas rasa dingin' bertujuan untuk menyindir konsumen-konsumennya? Lebih baik kalian menjawab 'tidak', karena daritadi saya tidak benar-benar serius :).

Oke, pada post ini saya tidak akan membahas tentang sarkasme atau kebahasaan yang lainnya. Sesuatu hal yang kontradiktif (berlawanan) adalah yang akan saya bahas. 'Kopi panas rasa dingin', agaknya perusahaan berusaha menciptakan produk yang out of the box. Dan sesungguhnya, salah satu cara untuk menciptakan produk yang out of the box adalah pembuatan produk yang berkiblat pada kata 'kontradiktif'. Contoh produk 'kontradiktif' lainnya, es krim goreng (es krim kok digoreng) dan masih banyak lainnya (ingat, bangsa Indonesia adalah bangsa yang kreatif dalam urusan kuliner. Saking kreatifnya sampai sampai plastik dibuat makanan).

Nah sekarang, pertanyaannya, mengapa harus produk 'kontradiktif'? dan apakah prospek produk 'kontradiktif' semenjanjikan itu? Akan coba saya jawab. Pada semester I ini, di mata kuliah kimia organik, saya diajar oleh dosen yang lebih mirip tentor Ujian Nasional daripada dosen. Dalam pelajarannya (kadang dalam banyolannya) dia sering mengatakan kaidah 'like dissolve like' (sejenis melarutkan sejenis). Nah, itulah yang saya rasa menjadi pegangan para pemangku perusahaan untuk memasarkan produk 'kontradiktif'nya. Para pemangku perusahaan itu memegang prinsip sejenis melarutkan sejenis, yang dalam kaitan post ini, berarti produk 'kontradiktif' laku dalam zaman 'kontradiktif'. Naaah. Zaman 'kontradiktif'. Sesungguhnya kita sekarang berada dalam zaman 'kontradiktif'. Banyak hal sudah berbeda. Sudah berlawanan. Yang baik menjadi buruk sedangkan yang buruk menjadi baik. Yang umum menjadi khusus, yang khusus menjadi umum. Sebagai contoh, dulu Nabi menyunahkan, jika keluar rumah, umat laki-lakinya memakai wewangian sedangkan umat perempuannya tidak menggunakan wewangian agar tidak mengundang hasrat pria. Akan tetapi sekarang, jika kalian pergi ke mall, yang terjadi justru sebaliknya, banyak wanita wanginya, wuh semerbak sampai tumpeh tumpeh sedangkan para prianya justru kurang wangi dibanding wanita atau bahkan  lebih bisa dikatakan sebagai prengus X)).

Untuk tambahan, dalam kitab Jangka Jayabaya disebutkan sekarang kita ada di zaman edan. Seperti yang dapat ditebak, dengan kaidah like dissolve like, beberapa perusahaan sudah memproduksi sesuatu yang 'edan', tidak masuk dinalar, meski dengan jumlah yang masih sedikit.

Oke, sampai di penghujung post. Jadi apa yang dapat kita petik dari post ini? Nah, bagi yang akan membuka usaha dapat dicoba memproduksi sesuatu yang out of the box dengan menggenggam prinsip 'kontradiktif'. Mungkin usaha anda akan laris manis. ya, mungkin. mungkin kalau semua yang saya tulis ini bukan sekedar gurauan. Saya hanya mencoba memberi prespektif yang berbeda, jangan dimasukin hati  :))

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Taufik Hidayat was reborn

 Hi all. Here with me again :) Alhamdulillah, after some years, last night I've played badminton again. ------------------------------------------------------------------------------------------------     Sebuah kerandoman yang hakiki. Malam jumat bukannya beribadah melaksanakan sunnah dengan mahramnya (maaf, memang belum punya haha) malah bemain badminton dengan rekan kerja. Ya, sedikit bersyukur kemarin sore hujan sendu turun mengguyur sore kota jogja, sehingga menyurutkan niat untuk pulang tepat waktu. Daripada kehujanan dengan pulang ke rumah, maka aku memutuskan untuk mengiyakan ajakan teman bermain badminton jam 8 malam nanti.     Setelah dinner, kami bergegas untuk menuju lapangan badminton yang ternyata jaraknya tidak lebih dari 2 km dari kantor, cukup dekat. Sedikit mengamati nama lapangan ini, mengandung merk sebuah franchise rumah makan steak commercial ternama di Jogja dan embel-embel "badminton academy" di belakangnya. Jika bisa menerka-nerka mungki...

GalMis

Galmis... Ya... Galau Akademis... Kok aku banget?? Disaat temen" pada udah menentukan mau dibawa nasib mereka sehabis lulus SMA ini... Aku masih ndodok garuk" pala bingung mau kemana... naaah -,-... Mesti kalau ada yang nanyain "besok dayat mau masuk kemana?" aku hanya tersenyum sambil mengeluarkan tawa 'terpaksa' dan melihat benda-benda sekitar berharap ada yang bisa digunakan untuk mengalihkan perhatian... Dan sialnya, setiap ditanyain begitu, selalu tak ada benda yang mencolok mata... walhasil, hanya ketawa kecut sambil berkata "masih bingung nih.. hehe"... Tapi faktanya yang menarik adalah... setiap aku ditanyain begitu dan aku njawabnya juga dengan begitu... Kemudian mungkin karena rasa iba, mereka yang nanyain aku tadi, nyaranin masuk KU aja... haaaah -,-... edan wae masuk KU... Mlebu Rumah Sakit we ra kuat aku (sang penulis memang agak 'weng'... masuk rumah sakit aja rada takut :o) ... Alasan mengapa aku cocok masuk KU menur...

Hello there.. Its been a while

     Hai hai, lama sekali ga buka blog ini. Terakhir posting di tahun 2014, itupun adalah iklan acara Jepang yang dulu kami pernah buat di kelompok studi Fakultas, yang alhamdulillahnya bisa sold out dan profitnya digunakan untuk  makan-makan sedivisi di ramen lokal Jogja hehe.      Anyway... speeechless sih sekilas lihat postingan jadulku, butuh kekuatan hati untuk menahan rasa cringe ini :") ----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------      Hello, still with me, Dayadex, but in older version haha. Now I'm 27th, and not being a high schooler nor a colleger anymore. Singkat cerita aku saat ini bekerja di multinational FMCG (sebut saja demikian, biar kelihatan wah) di baby milk formula. Bagi yang tinggal di Jogja pasti tahu perusahaan apa ini, karena begitu terkenal, sebagai ancer-ancer kebun binatang Gembiraloka hahaha XD.     Sedikit kilas balik, s...