Kamis, 05 April 2012

Kacamata Tempur : Part IX

Apa yang akan aku lakukan?

Ya pemikiran itu langsung datang begitu saja... Memang aku tak dapat menghapal dari bentuk muka atau ciri ciri fisiknya... tapi aku bisa menghapal dari urutan mereka berdiri... cling! tak percuma aku dinamakan 'Hidayat', karena hidayat itu adalah hidayah... hidayah adalah suatu anugrah yang diberikan oleh Allah SWT, sama seperti yang aku dapat saat itu, hehehe..

Memang pada awalnya ide ku berjalan dengan baik, itu terlihat saat awal-awal permainan... semuanya berjalan sempurna... 1. si A, 2. si B, 3. si C dan bla bla... aku menghapal dengan tekun nan rapi layaknya anak SD yang pertama kali menghapal bulan dalam setahun...Tapi, tiba-tiba kecemerlangan ideku berubah menjadi redup, setelah orang-orang yang sudah tersusun rapi tadi,, bubrah -__-.. Ya, seiring dengan berjalannya waktu, dan berjalannya giliran juga, banyak nada nada komedi yang menyertai perjalanan giliran itu... Nah, di sini ada yang ngelawak, otomatis orang-orangnya jadi tertawa, dan tertawa itu butuh bergerak dan karena tertawa butuh gerak, jadinya barisan yang rapi tadi menjadi acak tak beraturan.... *glek* aku menelan ludah setelah sang PPL mengatakan "giliranmu!" sambil menunjuk diriku ini...

Dengan mencoba tetap tenang, aku segera mengenalkan diriku pada semua orang disitu... Dan tibalah saat yang menyebalkan... Bahkan saat penebakan pertama, aku salah -__-... naah, no hope... Tapi tiba-tiba lagi ada jalan keluar... Ya, sebelah ku *aku lupa siapa*... Setelah aku dia mendapat giliran itu, so dia berupaya di sisa-sisa waktunya untuk menghapal orang dengan mulut berbicara... NAH! 'dengan mulut berbicara'... Saat dia menghapal dari pertama, aku mengikutinya dengan tangkas dan sigap... jika dia menjawab dengan yakin dan cepat, aku juga menjawab dengan yakin dan cepat... Begitu juga jika dia agak ragu dan berfikir dulu, akupun juga berlagak seperti ragu dan berpura-pura berfikir... Jadi, kesimpulannya... Saat itu aku menjadi cermin sementara, terbalik dengan yang dialami Cahyo Sadewo yang pernah menjadi kacamata sementaraku.. *naaah*

Dan dengan teknik cermin itu, aku berhasil menyelesaikan game itu dan berhenti 'gembrojot'... Oke, peristiwa itu menghantarkanku ke dunia yang keras, yaitu dunia persekolahan tanpa kacamata #eh....

Baca selanjutnya di Kacamata Tempur : Part X

Tidak ada komentar:

Posting Komentar