Mei 2013
Saya Dayat. Seseorang yang tidak terkenal. Tidak terlalu punya banyak teman. Tidak punya banyak pengalaman. Tidak pernah diperhitungkan.
Saya baru saja diterima oleh UGM sebagai maba jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Saya bertekad ingin mengubah, memperbaiki diri, mencari banyak teman, mencari pengalaman dan ingin diperhitungkan. Saya harus ikut organisasi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Juli 2014
Saya lelah. Setiap hari harus ke kampus dikala semua orang di rumah menikmati masa liburnya masing-masing. Dikala setiap orang update status sedang liburan entah kemana, bersenang-senang tentunya. Saya marah, dikala ada orang yang update status, menggerutu karena libur-libur harus ke kampus, padahal hanya satu hari saja. Mbok plis, lihatlah aku! Berhentilah menggerutu. Saya iri, teman-teman yang hidupnya selo, tidak ikut segala macam ini, tidak usah bersusah payah seperti ini, tidak perlu mengotori tangan dengan hal-hal seperti ini, tapi memiliki IP yang sangat bagus, jauh lebih baik dariku. Saya iri, ketika teman-teman bisa belajar dengan tenang, sedangkan saya masih berkutat dengan hal ini dan itu, mengorbankan UAS, mengorbankan nilai, mengorbankan segalanya.
Tapi semua itu adalah pilihan yang telah saya ambil. Ya, saya tidak boleh menggerutu.
Toh, saya bisa kenal dengan si A, orang yang dulu hanya bisa saya dengar dari cerita orang-orang. Saya bisa kenal dengan kakak-kakak angkatan, yang dulu adalah sesuatu yang hanya bisa saya impikan. Saya bisa mengerti perihal AD/ART, peminjaman ruang, sponsorship, hubungan dengan TU dan masih banyak lainnya, yang dulu kuanggap sebagai hal yang tabu. Saya bisa ikut banyak outbond/LK/apapun itu sehingga sepatu rusak dan bisa membeli yang baru. Saya bisa senang bersama atau sedih bersama teman-teman ketika menikmati berhasilnya atau gagalnya acara yang sama-sama kami buat. Saya bisa merasakan hal-hal yang tidak seluruh orang lain bisa rasakan, merasakan kebersamaan dalam kesulitan. Saya bisa tidur di sekre sesuka hatinya. Saya merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah, mengorganisirnya. Dan pada akhirnya, saya lebih diperhitungkan dibanding saat Mei 2013 itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalian tahu? Ikut organisasi itu tak semudah yang mbak Presma UGM 2 tahun lalu bicarakan. Dia ikut 8 organisasi. Oke, karena dia memang punya bakat di bidang itu. Beliau juga sudah berpengalaman, SMP dan SMA sudah aktif. Bagaimana denganku? SMP tidak ikut apa-apa. SMA ikut satu organisasi kerohanian tapi tidak pernah hadir kalau ada rapat. Sekarang, dengan 3 biji organisasi yang saya jalani pun, tak heran masih banyak menggerutu. Ditambah lagi ketika teman-teman (jika layak disebut demikian) satu persatu kabur menghilang dari keorganisasian seperti yang saya lakukan dulu. Beban bagi yang ditinggalkan pun mulai muncul. Organisasi tak seperti yang saya bayangkan ketika pertama kali dituturi oleh Presma UGM 2 tahun lalu.
Jadi, perlukah organisasi? Sebenarnya hal ini juga tergantung oleh pribadi masing-masing. Apakah sudah mempunyai kesibukan sendiri, seperti kerja part time, sibuk mengurusi kampung, atau belajar meneruskan bisnis orang tua? Jika sudah, maka sepertinya tidak perlulah ikut organisasi karena hal-hal tersebut juga mengasah soft skill dan juga sudah memakan banyak waktu. Jika belum punya kesibukan, maka haruslah ikut organisasi. Sangat sia-sia kalau kuliah hanya dihabiskan dengan main-main saja, apalagi mainan laptop di rumah sendirian. Waktu sangat berharga. Tapi, jangan naif, jangan mengikuti terlalu banyak organisasi seperti mbak Presma. Kita adalah diri kita, kita bukan mbak presma. Lebih baik ikut organisasi secukupnya sehingga dapat fokus ke setiap organisasi daripada ikut terlalu banyak sehingga justru kesulitan membagi prioritas.
Ya begitulah, penuturan dari saya, menurut pengalaman yang terjadi selama 2 semester ini. 2 semester yang saya habiskan dengan masalah akademis dan non akademis. 2 semester yang penuh cerita. 2 semester yang penuh pembelajaran kehidupan.
Semoga kalian mengerti. Berbahagialah.
Saya Dayat. Seseorang yang tidak terkenal. Tidak terlalu punya banyak teman. Tidak punya banyak pengalaman. Tidak pernah diperhitungkan.
Saya baru saja diterima oleh UGM sebagai maba jurusan Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian. Saya bertekad ingin mengubah, memperbaiki diri, mencari banyak teman, mencari pengalaman dan ingin diperhitungkan. Saya harus ikut organisasi.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------
Juli 2014
Saya lelah. Setiap hari harus ke kampus dikala semua orang di rumah menikmati masa liburnya masing-masing. Dikala setiap orang update status sedang liburan entah kemana, bersenang-senang tentunya. Saya marah, dikala ada orang yang update status, menggerutu karena libur-libur harus ke kampus, padahal hanya satu hari saja. Mbok plis, lihatlah aku! Berhentilah menggerutu. Saya iri, teman-teman yang hidupnya selo, tidak ikut segala macam ini, tidak usah bersusah payah seperti ini, tidak perlu mengotori tangan dengan hal-hal seperti ini, tapi memiliki IP yang sangat bagus, jauh lebih baik dariku. Saya iri, ketika teman-teman bisa belajar dengan tenang, sedangkan saya masih berkutat dengan hal ini dan itu, mengorbankan UAS, mengorbankan nilai, mengorbankan segalanya.
Tapi semua itu adalah pilihan yang telah saya ambil. Ya, saya tidak boleh menggerutu.
Toh, saya bisa kenal dengan si A, orang yang dulu hanya bisa saya dengar dari cerita orang-orang. Saya bisa kenal dengan kakak-kakak angkatan, yang dulu adalah sesuatu yang hanya bisa saya impikan. Saya bisa mengerti perihal AD/ART, peminjaman ruang, sponsorship, hubungan dengan TU dan masih banyak lainnya, yang dulu kuanggap sebagai hal yang tabu. Saya bisa ikut banyak outbond/LK/apapun itu sehingga sepatu rusak dan bisa membeli yang baru. Saya bisa senang bersama atau sedih bersama teman-teman ketika menikmati berhasilnya atau gagalnya acara yang sama-sama kami buat. Saya bisa merasakan hal-hal yang tidak seluruh orang lain bisa rasakan, merasakan kebersamaan dalam kesulitan. Saya bisa tidur di sekre sesuka hatinya. Saya merasa lebih tenang dalam menghadapi masalah, mengorganisirnya. Dan pada akhirnya, saya lebih diperhitungkan dibanding saat Mei 2013 itu.
-------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kalian tahu? Ikut organisasi itu tak semudah yang mbak Presma UGM 2 tahun lalu bicarakan. Dia ikut 8 organisasi. Oke, karena dia memang punya bakat di bidang itu. Beliau juga sudah berpengalaman, SMP dan SMA sudah aktif. Bagaimana denganku? SMP tidak ikut apa-apa. SMA ikut satu organisasi kerohanian tapi tidak pernah hadir kalau ada rapat. Sekarang, dengan 3 biji organisasi yang saya jalani pun, tak heran masih banyak menggerutu. Ditambah lagi ketika teman-teman (jika layak disebut demikian) satu persatu kabur menghilang dari keorganisasian seperti yang saya lakukan dulu. Beban bagi yang ditinggalkan pun mulai muncul. Organisasi tak seperti yang saya bayangkan ketika pertama kali dituturi oleh Presma UGM 2 tahun lalu.
Jadi, perlukah organisasi? Sebenarnya hal ini juga tergantung oleh pribadi masing-masing. Apakah sudah mempunyai kesibukan sendiri, seperti kerja part time, sibuk mengurusi kampung, atau belajar meneruskan bisnis orang tua? Jika sudah, maka sepertinya tidak perlulah ikut organisasi karena hal-hal tersebut juga mengasah soft skill dan juga sudah memakan banyak waktu. Jika belum punya kesibukan, maka haruslah ikut organisasi. Sangat sia-sia kalau kuliah hanya dihabiskan dengan main-main saja, apalagi mainan laptop di rumah sendirian. Waktu sangat berharga. Tapi, jangan naif, jangan mengikuti terlalu banyak organisasi seperti mbak Presma. Kita adalah diri kita, kita bukan mbak presma. Lebih baik ikut organisasi secukupnya sehingga dapat fokus ke setiap organisasi daripada ikut terlalu banyak sehingga justru kesulitan membagi prioritas.
Ya begitulah, penuturan dari saya, menurut pengalaman yang terjadi selama 2 semester ini. 2 semester yang saya habiskan dengan masalah akademis dan non akademis. 2 semester yang penuh cerita. 2 semester yang penuh pembelajaran kehidupan.
Semoga kalian mengerti. Berbahagialah.
mantap yat, lanjutkan
BalasHapus